Minggu, 01 Maret 2015

Saya

            Saya, saya seorang anak berumur 15 tahun. Seorang anak yang masih bingung, tidak jelas, dan labil adanya. Saya dilahirkan dalam keluarga sederhana dengan seoarang ayah dan seorang ibu dan tidak lebih. Kalau lebih berarti itu merupakan kesalahan ketidaksengajaan yang dibuat oleh ayah atau ibu saya. Saya akan mengalami pertambahan umur sekitar 1 bulan lagi bertepatan dengan hari kartini, namun hanya dikurang 15 hari lamanya.
Saya sering dipanggil “bujang” oleh ibu saya saat beliau bercanda tawa bersama temannya. Entah kenapa aku dipanggil seperti itu. Sering muncul banyak pertanyaan dibenakku, sebab apa saya dipanggil seperti itu, mungkin karena pertambahan umur atau mungkin perubahan fisik yang tampak pada diri saya.
Benak saya juga sering bertanya-tanya, Dari manakah asalku sebenarnya. Saat ditanya tentang itu saya bingung harus menjawab seperti apa karena saya dilahirkan di rumah sakit daerah Bekasi dan ayah saya berasal dari Madura sedangkan Ibu saya berasal dari Bangka. Benakku juga sering bertanya-tanya, bagaimana mereka bisa bertemu karena tempat asal mereka sangat berjauhan. Kemudian benakku juga sering ber-analogi dan membuat pernyataan sendiri bahwa, mungkin mereka bisa bertemu karena begitu sulitnya hidup ini sehingga mereka harus bekerja di kota metropolitan yang keji sampai-sampai mereka menemukan jodohnya disini. Tapi ya namanya jodoh, mau apalagi? Semua juga kan sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa, mungkin jika ayah dan ibu saya tidak dipertemukan maka tidak terbentuklah saya. Akhir-akhir ini jika saya ditanya tentang hal itu saya tidak akan menjawab saya berasal dari Bekasi, karena akhir-akhir ini Bekasi sering dicemooh sebagai kota yang panas, macet, padat, dan kotor. Menurut saya pandangan Kota Bekasi di mata orang-orang sudah jelek. Oleh karena itu Bekasi sangat bertolak belakang dengan saya yang dingin, bersih dan ganteng. Walaupun hanya ibu saya yang berkata seperti itu, setidaknya saya merasa bangga.


Ayah saya berlatar belakang berbeda dengan ibu saya. Namun, saya sangat senang karena kedua keluarga saya dapat bersatu. Ayah saya masih memiliki clurit dan keris kecil yang mengerikan dan ibu saya sangat cerewet serta memiliki sifat galak yang mengerikan. Untungnya jika ibu saya marah, ia tidak memakai clurit yang dimiliki ayah saya, jika itu terjadi maka ini mengeri-ngerikan keluarga saya.
Ayah dan ibu saya sama-sama berketurunan Tionghoa, keduanya sama-sama beragama Kristen walaupun masih erat dengan tradisinya. Salah satu tradisinya yaitu merayakan hari raya Imlek yang jatuh pada tanggal 19 Februari, belum lama ini. Saya sangat gembira jika sudah mendekati hari Imlek, yang saya tunggu bukan hari rayanya namun saya tunggu merupakan …… . (sengaja saya tidak isi karena saya yakin anda tahu dan juga menunggu hal itu. Saya yakin benak anda tidak akan bertanya-tanya tentang hal ini, begitupun juga saya.)
Saat hari Imlek saya bertanya dan berbagi cerita kepada seorang teman saya “Berapa penghasilanmu hari ini?” sontak ia langsung menjawab bahwa jika digabung dengan adiknya maka sanggup untuk membeli motor. Saya tercengang waktu mendengarnya karena penghasilan yang saya dapatkan saja tidak cukup untuk membeli sebuah sepeda, apalagi kalau sebuah motor. Namun teman saya langsung menjawab “Maksudnya mah motor-motoran=))” Haduh, lebur sudah perasaan saya dan langsung saya tertawa.
Kedua orangtua saya sama-sama humoris, mereka suka bercanda dan membuat orang tertawa, walaupun bercandanya ibu saya kadang tidak lucu. Saya punya seorang kakak dan seoarang adik yang keduanya perempuan, tidak ganteng seperti saya. Hal itu juga yang meyakinkan bahwa diri saya ganteng karena dikeluarga saya, saya adalah seorang anak yang paling ganteng. Kalau ayah saya, sebelas sembilanbelas dari saya, maksudnya saya sembilanbelasnya. Ibu saya menyimpan foto ayah saya sewaktu masih muda, benakku bertanya dan mulutku akhirnya bertanya. Ibuku menjawab bahwa ayah saya memang ganteng mirip seperti saya, tapi itu dulu, sekarang ayah saya tidak gantehng. Kemudian benakku ketakutan dan membuat pernyataan bahwa jika ayah saya mirip seperti saya maka jika saya  tua nanti, saya akan dikata tidak ganteng lagi dong.

Saya adalah “anak serba lama”. Saya merasa semua yang dikerjakan oleh saya serba lama. Mulai dari makan, pergi ke sekolah, mandi, bahkan tidur. Di kalangan keluarga dan teman saya, saya merupakan orang yang paling lama makan. Jika teman-teman saya sudah membayar makanannya, saya baru mulai makan. Saya juga lama dalam melakukan sesuatu, mungkin itu juga merupakan penyebab saya sering telat pergi ke sekolah. Saya lama jika mandi, sampai ibu saya sering memarahi karena saya lama saat mandi, hal ini merupakan salah satu hal mengerikan dari ibu saya. Saya juga lama dalam olahraga tidur. Entah kenapa apa yang terjadi pada diri saya, sehingga saya membutuhkan waktu 9-10 jam untuk tidur. Sampai-sampai saya sering dipanggil “kebo” oleh teman saya. Salah satu resolusi 2015 saya yaitu berubah agar semuanya lancar yaitu menjadi “anak serba cepat”
Hal lucu yang tidak menggembirakan yang saya alami terakhir yaitu jatuh. Jatuh yang dialami saya bukan sembarang jatuh namun hal ini terjadi karena ketidaksengajaan dan kecerobohan saya. Saya terjatuh saat membawa sepeda motor saya dari rumah teman saya. Kebetulan jalan yang saya tempuh agak licin akibat bekas guyuran hujan. Didepan saya ada motor yang tiba-tiba nge-rem mendadak, sontak sayalangsung kaget dan tanpa sengaja saya menarik rem kanan yaitu rem pada roda depan padahal biasanya saya selalu menarik rem kiri yaitu rem roda belakang motor saya. Saya langsung terjatuh ke kanan dan saya membonceng seorang teman saya. Helm saya langsung terlepas dari kepala saya dan bagian mulut saya terbentur aspal maka satu dari gigi saya mengeluarkan diri dari gigi-gigi yang lain. Luka darah dan memar pada sikut kanan, kuku kelingking jari kanan, lutut kanan, dan jempol kaki kanan saya.
Saya merasa bahwa saya tidak apa-apa jika luka-luka karena hanya perih yang saya tahan. Namun, jika harus kehilangan gigi saya, saya tidak rela! Sewaktu saya merasa bahwa gigi saya telah tiada, saya sangat kaget, bingung, dan tercengang. Bayangkan, saya masih berumur 15 tahun dan perjalanan hidup saya masih panjang, saya tidak tahu lagi harus berkata-kata seperti apa. Saya yang tidak laku semakin tidak laku karena patahnya gigi saya.


Benakku sudah kehilangan pertanyaan, untung saja tidak kehilangan ingatan dan untung saja tidak ada luka dalam pada tubuh saya, hanya pegal dan linu. Saya merasa malu pada diri saya sendiri. Padahal teman dibelakang saya telah memberitahu hati-hati karena pertigaan didepan saya, namun saya mengecohkannya. Saya sangat kapok dan meminta maaf kepada keluarga saya karena telah membebani, serta kedepanya saya harus sangat berhati-hati dalam mengendarai apapun terutama motor.  Ayah saya berkata mungkin ini karena emosi saya yang masih labil karena masih remaja dan memang salah saya karena saya ceroboh saya mengendarai dengan bawaan terburu-buru. Saya khilaf dan saya berdoa ini merupakan kejadian terakhir dalam hidup saya.

Masih banyak cerita namun saya harus undur pamit karena jika cerita dilanjutkan, cerita bisa berakhir seribu tahun lamanya dan kebetulan memang kata yang dibutuhkan seribu kata hehehe. Sekian cerita pendek dari saya oleh saya karena saya dan bukan untuk saya. TerimaKasihJ -Saya